Catatan Refleksi Seorang Pejuang Stroke

Jeffrie Gerry
0

 


📘 59 Hari Setelah Hari Itu: Catatan Refleksi Seorang Pejuang Stroke

penderita stroke , vertigo sentral, penyumbatan di pons 1 dan pons 2 
( Jeffrie Gerry)

Hari ke-1 (8 April 2025): Hari Itu Datang Tanpa Salam

Tubuh ini mendadak seperti bukan milikku. Lengan berat, kaki tak patuh. Tangan ingin bangkit, tapi hanya diam. Dunia tak hening, tapi aku terasa dibungkam. Satu kata menyeruak: stroke. Seperti petir dalam dada, mendadak hidup terbelah — sebelum dan sesudah.

Aku tak menangis. Bukan karena kuat, tapi karena tak tahu bagaimana lagi cara merasa.


Hari ke-5: Di Antara Jarum, Infus, dan Tatapan Khawatir

Di rumah sakit, waktu seperti tak punya bentuk. Tidur bukan tidur. Bangun bukan bangun. Aku belajar menerima bantuan, belajar melepaskan rasa malu. Inilah saatnya menjadi bayi lagi, dalam tubuh dewasa. Dibelai oleh doa, dipeluk oleh kekhawatiran yang tak terucap.


Hari ke-10: Melatih Jari, Menyusun Asa

Fisioterapi datang bukan dengan keajaiban, tapi dengan repetisi. Satu jari yang bisa digerakkan seperti satu bintang di langit gelap. Aku mulai bicara dengan tanganku, lalu kakinya pelan-pelan mengikuti. Kata “bisa” bukan lagi harapan kosong — tapi sebuah komitmen harian.


Hari ke-15: Hari-Hari yang Tak Pernah Aku Bayangkan

Mandi dibantu. Makan disuapi. Celana dipakaikan. Hal-hal sederhana kini menjadi pelajaran kerendahan hati. Kadang aku marah. Bukan pada orang lain, tapi pada tubuh sendiri. Namun aku belajar: Marah tidak menyembuhkan. Hanya latihan yang melakukannya.


Hari ke-21: Tongkat Pertama

Hari ini aku memegang tongkat pertama. Bukan tongkat sihir, tapi rasanya seperti itu. Dengan satu langkah gemetar, aku merasa menjadi manusia lagi. Orang di sekeliling bersorak pelan. Aku? Hanya diam dan menatap ke depan. Banyak langkah menanti. Tapi satu ini yang paling berharga.


Hari ke-30: Satu Bulan, Seribu Perasaan

Hari ke-30 adalah ulang tahun kecil. Satu bulan bertahan. Satu bulan belajar berjalan dalam arti sebenarnya dan makna hidup yang baru. Aku menulis catatan kecil di kertas:

“Jangan takut lambat, asal tak berhenti.”

Aku menangis hari ini. Tapi kali ini bukan karena lemah, melainkan karena bangga.


Hari ke-45: Rasa Syukur Tumbuh Bersama Otot yang Kaku

Tuhan tidak menjanjikan pemulihan instan. Tapi Ia menjanjikan penyertaan. Aku mulai bisa duduk lebih lama, bisa berdiri tanpa terlalu goyah. Dan yang paling penting: bisa bercermin tanpa membenci bayanganku. Aku tidak rusak. Aku sedang dibentuk ulang.


Hari ke-50: Istri, Malaikat Tanpa Sayap

Hari ini aku memandang matanya lebih dalam. Istriku, penyelamatku. Dengan tangan lelah, ia menyuapi. Dengan sabar, ia menuntunku. Dengan doa, ia menguatkanku. Cintanya bukan kata-kata — ia adalah tindakan. Di hari ke-50 ini, aku ingin hidup bukan hanya untuk diriku, tapi juga untuknya.


Hari ke-55: Bicara dengan Diri Sendiri

Aku mulai menulis. Menulis bukan karena ingin dikenal, tapi ingin sembuh. Tulisan ini jadi terapi. Aku menulis rasa sakit, harapan, dan cita-cita kecil: bisa berjalan ke warung tanpa dibantu. Sederhana, tapi terasa seperti ingin menjejak Everest.


Hari ke-59 (Hari Ini): Aku Mulai Bisa Berjalan Lagi

Ini adalah hari ke-59. Aku, orang yang dulu hanya bisa berbaring, kini bisa berdiri — perlahan, dengan satu tongkat, tapi dengan kepala tegak. Aku belum 100%. Tapi siapa bilang harus sempurna untuk bersyukur?

Setiap detik yang kulalui adalah kemenangan.


🌱 Pelajaran dari 59 Hari Ini

  1. Kesembuhan bukan lomba. Tidak ada yang harus kau kalahkan, kecuali keputusasaan.

  2. Cinta adalah tenaga utama. Orang-orang yang merawatmu adalah harta paling nyata.

  3. Tubuh bisa rusak, tapi jiwa harus terus menyala.

  4. Menangis itu sah. Tapi bangkit itu wajib.

  5. Hidup kedua ini bukan hukuman. Ini undangan — untuk hidup lebih sadar.


✍️ Penutup: Kepada Diriku 59 Hari yang Lalu

Hei kamu yang terbaring di ranjang pada 8 April itu. Lihat aku sekarang. Kita berhasil, kawan. Kita belum sampai garis akhir, tapi kita sudah melampaui yang dulu kau pikir mustahil.

Dan kepada semua yang membaca ini — jika kamu sedang berjuang seperti aku, jangan menyerah. Kamu lebih kuat dari yang kamu tahu. Kadang hidup tidak adil, tapi perjuanganmu akan membuatnya bermakna.


📣 Ajakan Positif

Kalau kamu mengenal seseorang yang sedang pemulihan stroke, kirimkan tulisan ini padanya. Biarkan mereka tahu: mereka tidak sendirian. Dan kalau kamu sedang mengalami sendiri, ayo menulis juga. Dokumentasikan perasaanmu — karena setiap luka adalah cerita, dan setiap cerita bisa menyembuhkan.


❓ Evaluasi Diri

  • Apa hal kecil yang berhasil kamu lakukan minggu ini?

  • Siapa saja yang membantumu bangkit? Sudahkah kamu mengucapkan terima kasih?

  • Apa satu hal yang ingin kamu capai 10 hari ke depan?

  • Jika bisa memberi pesan ke dirimu yang baru saja terserang stroke, apa yang akan kamu katakan?



Kamu luar biasa. Mari terus melangkah — pelan tapi pasti. 🌄

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)